Jumat, Oktober 09, 2009

Kenanganku Saat Ranah Minang Kembali 'Diguncang Gampo'

Di saat baru mulai menata kembali kehidupannya setelah trauma pasca gempa 12 dan 13 september 2007 lalu, warga kota padang kembali panik dengan guncangan gempa 7,9 SR pada 30 september 2009.

Alhamdulillah, aku dan keluarga selamat. Pas kejadian aku baru nyampe di daerah belakang kantor, dekat RS M.Djamil. serasa mau terbalik dunia rasanya. aku mulai merasa ada gempa pas liat air parit di depan RS itu beriak cukup tinggi. Goncangannya sangat kuat. suamiku menahan motor biar kami ga jatuh, karena banyak motor yg berjatuhan saat itu. Karena gempa yg besar itu, orang2 pada mikir bakalan tsunami. Makanya pada berlarian ke arah by pass. aku dan suamiku langsung tancap gas ke arah jalan sawahan. Tapi karena mulai macet jadinya lambat juga nyampe di bypass. Pas mulai di sawahan itulah, aku ga bisa nahan tangisan lagi. Apa aja bangunan yg kuliat pada runtuh. Yg terpikir gimana fathan dan keluarga di rumah. Kebetulan fathan kalo sore di rumah neneknya abis dijemput dari bundo kandung.

Baru di bypass kami trima telp dari rumah kalo fathan dll-nya selamat. Sebelum ke belimbing (rumah mertuaku), kusempatkan ke rumah sebentar. Rupanya pagar depan udah roboh. Pagar belakang juga. Dan isi rumah berserakan. Banyak juga yg retak2. Kata abang insya allah ga apa2 dan bisa diperbaiki. Abis magribnya langsung hujan. Kamis juga masih hujan sampe siang. Karena itu sampe kamis malam, aku ga tau gimana keadaan kota padang pasca gempa dasyat tsb. Ada juga sih tetangga atau sodara yg cerita, cuma ga terbayang gimana keadaan sebenarnya padang setelah menjadi kota mati dalam sekejab mata.

Jumat pagi aku beranikan datang melihat keadaan kota dan terutama kantorku. Ternyata kondisinya sungguh menyedihkan. Sepertinya gedung A tidak bisa digunakan lagi, begitu pengamatanku. Bersyukur tim kantor pusat Bank Indonesia bergerak cepat dan tepat. Hari kamis, hari pertama pasca bencana, seluruh ATM telah kembali beroperasi. Ini sangat krusial, karena tentunya masyarakat sangat membutuhkan uang tunai. Dan jumat itu sistem pembayaran non tunai sudah berjalan normal. Hingga mulai senin tanggal 4 okt 2009 kemaren, kami dah ngantor walau dengan kondisi darurat.

Alhamdulillah keluarga besar di pdg ga ada yg jadi korban. Kalo anak2 kayaknya trasa sekali pengaruhnya. Fathan jumat pagi sampe minggu siang kemaren badannya panas. Ditambah lagi dg cuaca yg tidak kondusif, jadinya anak pada batuk pilek. Kasian fathan. Anak2 lain juga banyak yg gitu kayaknya. Fathan tau ada gempa. Apa2 yg rusak dia bilang kena gempa. Mungkin gimana maksud gempa itu aja yg dia belum ngerti. Pas kejadian, dia Cuma ngomong “ada apa ini?” heran mungkin kok orang2 pada panik dan berlarian.

Kini setelah lebih tiga bulan, kota padang masih belum pulih kembali. Malah gedung2 rusak belum semuanya dirobohkan. Entah butuh berapa lama untuk Padang kembali menjadi seperti sebelum bencana. Yang pasti, semua berharap dan berdoa semoga bencana ini tidak akan pernah dirasakan lagi. Cukup menjadi cerita bagi anak cucu kelak. Semoga.....

Semoga bencana ini membawa hikmah bagi semua orang. Terutama bagi aku dan keluargaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bagaimana menurut kamu tulisan di atas?