PENCANANGAN PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN BANGUNAN HERITAGE BANK INDONESIA DI PADANG
Jika kita berjalan-jalan menelusuri wilayah kota Padang bagian Selatan, seperti Jalan Niaga, Jalan Batipuh, Jalan Batang Arau dan sekitarnya, maka kita akan banyak menemui bangunan-bangunan tua peninggalan sejarah. Salah satu bangunan tua yang memiliki nilai sejarah penting dengan gaya bangunan dan arsitektur berseni tinggi adalah gedung eks De Javasche Bank yang dikenal dengan Gedung Bank Indonesia Padang Muaro. Bangunan ini terletak di Jalan Batang Arau, tepat di sebelah jembatan Siti Nurbaya dan di tengah-tengah kawasan bangunan tua bersejarah lainnya.
Sejarah Kantor Bank Indonesia Padang Muaro berawal dari sekitar 142 tahun yang silam ketika kantor De Javasche Bank cabang Padang dibuka pada tanggal 29 Agustus 1864. Kantor ini merupakan kantor cabang De Javasche Bank ketiga setelah kantor cabang Semarang dan Surabaya atau sebagai kantor cabang pertama di luar Pulau Jawa.
Dalam rangka berpartisipasi melestarikan bangunan peninggalan bersejarah (heritage) serta mendorong pihak lain untuk ikut melaksanakan pelestarian bangunan cagar budaya tersebut, Bank Indonesia telah menyelenggarakan acara seminar dan pameran dengan tema “Pencanangan Pelestarian dan Pemanfaatan Bangunan Heritage Bank Indonesia” pada tanggal 14-15 Mei 2009, yang diadakan di Gedung Bank Indonesia Padang Jalan Sudirman dan Gedung Bank Indonesia Padang Muaro (eks De Javasche Bank).
Seminar dan pameran ini dihadiri oleh berbagai kalangan diantaranya instansi pemerintah, pemerhati budaya, dan para akademisi. Dibuka langsung oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Ardhayadi M, acara seminar menghadirkan para pembicara ahli di bidang Arsitektur dan Kebudayaan, yaitu Ir. Karnaya M.Arch.U.D, Dr. Laretna T. Adhisakti, Ir. Catrini Pratihari Kubontubuh, M. Arch, serta Dr. Ir. Eko Alvares dari Universitas Bung Hatta. Agenda acara yang tak kalah menarik adalah presentasi dari Walikota Padang, H. Fauzi Bahar, dan Walikota Sawahlunto, H. Amran Nur, dimana masing-masing menguraikan tentang usaha pelestarian peninggalan bersejarah di kota Padang dan Sawahlunto.
Acara ini digagas antara lain sebagai wujud peran dan tanggung jawab Bank Indonesia dalam melaksanakan pelestarian bangunan bersejarah, turut serta dalam program pemerintah guna melakukan revitalisasi terhadap kawasan kota tua/kawasan di sekitar bangunan tersebut berada, wujud upaya Bank Indonesia dalam rangka Corporate Social Responsibility/CSR kepada masyarakat dalam melestarikan bangunan untuk dipergunakan sebagai Public Used (a.l sebagai perpustakaan, tempat penyelenggaraan seni dan budaya setempat, gallery, dll), dan memberikan fungsi dan manfaat baru pada bangunan, sehingga diharapkan bangunan dimaksud dapat memberikan pemasukan/income terutama dalam hal pengelolaan.
Sedangkan tujuan dari agenda pelestarian yang dilaksanakan Bank Indonesia antara lain memelihara aset (bangunan) yang dimiliki oleh Bank Indonesia, optimalisasi pemanfaatan bangunan bersejarah (a.l public used, source of income, office space), mendorong kegiatan, pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan kegiatan pelestarian, pemeliharaan dan konservasi bangunan-bangunan bersejarah, mendorong pariwisata (tourism) di daerah setempat, dan mendokumentasikan kegiatan pelestarian dan gedung-gedung bersejarah milik Bank Indonesia.
Seminar dan pameran heritage Bank Indonesia berlangsung lancar dan sukses. Dan tentunya momen ini diharapkan akan mendorong pihak-pihak yang terkait dengan pelestarian bangunan peninggalan sejarah untuk ikut serta membangun kawasan heritage di kota Padang menjadi kawasan tujuan wisata, sumber perekonomian masyarakat, dan pusat pengembangan kebudayaan.
Sebagai tindaklanjut kegiatan pencanangan pelestarian dan pemanfaatan bangunan heritage Bank Indonesia tersebut, khususnya gedung Bank Indonesia Muaro di Jl. Batang Arau No. 60 Padang, mulai saat ini gedung tersebut dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk menyelenggarakan acara yang berkaitan dengan kegiatan budaya, diskusi bangunan bersejarah, pameran ataupun seminar produktif lainnya. Gedung Bank Indonesia Muaro, yang dapat menampung sekitar 80 orang peserta seminar, memiliki suasana dan arsitektur khas bangunan peninggalan kolonial sehingga akan memberikan kesan dan nuansa tersendiri bagi pihak yang melakukan kegiatan di tempat tersebut.